MOTIVASI DALAM PERSAUDARAAN (UKHUWAH ISLAMIYAH)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Kita tidak akan bisa menyatakan pada orang lain bahwa kita adalah seorang muslim apabila kita tidak berusaha menampilkan kebiasaan-kebiasaan yang Islami, maka bagaimanakah menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan Islami itu.
Sesungguhnya kebiasaan merupakan gabungan antara pengetahuan, keinginan, dan keterampilan. Karena itu untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan Islami tentu perlu terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan Islam yang cukup. Dengan modal itu kita akan termotivasi dan memiliki keinginan, kemudian setelah itu baru akan terasahlah keterampilan kita. Sehinga kita tidak perlu malu jika kita tampak tampil Islami.

Selanjutnya adalah membangun paradigma yang islami serta bersikap yang islami. Nah perubahan paradigma merupakan tahap awal dari perubahan perilaku. Karna memang paradigma merupakan kekuatan yang sangat besar yang dapat mengubah perilaku seseorang. coba kita bayangkan masa lalu kita, keberhasilan atau kegagalan kita adalah buah paradigma yang kita bentuk. Karena paradigma yang benar akan melahirkan energi yang besar untuk melakukan suatu perbuatan.
Maka logislah jika kita harus berparadigma yang Islami, membiasakan hidup Islami. Karena, ketika kita seorang muslim maka ketika itulah tali persaudaraan mengikat kita dengan saudara semuslim lainnya, dan secara otomatis sudah keharusan bagi kita sesama muslim menunjukan identitas Islami yaitu dengan menguatkan Ikatan Ukhuwah Islamiyah diantara kita.


Nah berbicara tentang ukhuwah, saya akancoba mulai dengan sebuah kisah ketika saudara saya mengunjungi rumah seorang temannya sambil sambil membawa sedikit bingkisan. Ketika sampai dirumahnya, si dia merasa sangat gembira sekali dengan kunjungan saudara saya ini. Si dia berkata seperti ini pada saudara saya saudara “saya sangat bersyukur sekali hari ini. Pertama, karna saya mendapatkan kunjungan dari kamu saudaraku, setelah sekian lamanya tidak ada seorang pun teman yang mengunjungi saya ke rumah ini. Rasanya saya seperti terlempar dari pergaulan teman-teman. Tapi dengan kunjungan ini kamu kesini membuat saya kembali hidup dan merasa ditarik kembali untuk bergerak bersama-sama. Kedua, kamu telah membawa bingkisan untuk kami di sini. Barang kali bingkisan ini kecil nilainya bagi kamu, tapi jujur ini sangat berarti bagi kami disini. Sungguh kamu adalah saudara ku yang baik, perlu kamu ketahui  sudah beberapa hari ini keluarga saya hanya memakan ubi-ubian saja” tetapi hari ini kami bias menikmati oleh2 darimu yang begitu luar biasa ini. Terimakasih teman… Nah ketika itu saya merasakan sesuatu yang berbeda, ternyata ukhuwah itu ternyata begitu dan silaturrahim itu sangat berarti dalam keseharian seorang muslim dengan muslim yang lainnya.


Pengalaman serupa, mungkin sudah banyak sekali kita jumpai dengan keaneka ragaman cerita yg kita dapatkan di surat kabar, televise, dan media lainnya atau mungkin telah kita dapatkan di kehidupan sehari-hari. Semuanya akan berujung pada tanda tanya, sebegitu redupkah tali persaudaraan yang kita miliki saat ini. Sebegitu keringkah telaga ukhuwah sesame muslim hari ini.??? Sehingga hanya satu saja teman yg mau berkunjung kerumah temannya sesame musli lainnya??? Semoga saja tidak…..


Potret ukhuwah islamiyah yang telah dilakoni para pendahulu telah menggoreskan kesan mendalam yang teramat indah bagi peradaban manusia. Bagaimana tidak, seseorang rela mati demi saudaranya. Mereka lebih memilih lapar bagi dirinya daripada saudaranya yang lapar. Mereka lebih mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan diri mereka sendiri meskipun mereka teramat membutuhkannya. “Dan contoh lain yaitu ketika orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman yaitu ketika masa rosululloh (kaum Anshar) pada saat kedatangan saudaranya dari makkah (kaum Muhajirin) mereka kaum anshar begitu bahagia menyambut dan mencintai saudaranya yang berhijrah, memberikan perlenkapan dan kebutuhan hidup untuk saudaranya. Dan itu semuanya tiada menaruh keingan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada (kaum Muhajirin) dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.


Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-Hasyr: 9)
Nah intinya ukhuwah islamiyah memang tidak sekedar teori melainkan nilai-nilai mulia yang mesti diimplementasikan dengan jiwa besar. Karena ia bukan hanya ucapan melainkan ia adalah amalan. Bahkan bukan sekedar amalan biasa tetapi amalan yang dikaitkan dengan kondisi keimanan pelakunya. Ukhuwah islamiyah tidaklah sama dengan hubungan antara sesama manusia yang dipahami banyak orang hari ini, Akan tetapi ukhuwah islamiyah jauh lebih dari itu semuanya, ikatannya tidak akan pernah dapat dibatasi oleh dinding setebal apapun, tidak dapat dibatasi oleh batasan apapun.


Nah idealnya ukhuwah itu harus terbentuk dari dua arah. Sehingga semua pihak menahan diri untuk hanya menikmati ukhuwah orang lain dan masing-masing pihak berupaya untuk dapat menyenangkan yang lainnya. Menjadi kepuasan bagi dirinya apabila kelebihannya dapat dirasakan oleh banyak lain. Lihatlah sejarah manusia-manusia pilihan yang telah mengukir indahnya peradaban orang-orang yang beriman. Mereka tidak bakhil pada orang lain akan kelebihan dirinya. Mereka tidak pula celamitan/bergumam pada kebaikan orang lain. Mereka merasa bahagia apabila orang lain merasakan kebaikannya. Dan mereka terhina apabila orang lain terepotkan lantaran dirinya .

Menutup artikel ini, saya akhirkan dengan sebuah kisah, Pagi-pagi Rasulullah SAW tersenyum ketika mendengar informasi bahwa ada seorang sahabat yang telah membuktikan sikap ukhuwahnya pada saudaranya yang lain. Ketika itu di sebuah rumah ada seseorang bertamu ke rumah tersebut, kemudian tuan rumah tersebut menjamu tamunya dengan hidangan yang sudah disediakan sebelumnya untuk keluarga mereka. Menyadari keterbatasan hidangan yg hanya sedikit, dan mengharapkan tamunya berselera menyantap hidangannya, dia mematikan lampu rumah, sehingga makanan yang disajikan tidak tampak pada sang tamu. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan rasa sungkan tamunya untuk menyantap makanan tersebut. Lantaran porsi hidangan yang tersedia hanya cukup untuk seorang saja. Untuk menyenangkan hati tamunya, tuan rumah berpura-pura sedang menyantap makanan tersebut bersama-sama dengan lahap. Sikap inilah yang mendapatkan senyuman malaikat dan membuat senang hati Rasulullah SAW.


Betapa manisnya kehidupan orang-orang yang beriman. Dengan ukhuwah islamiyah yang didasari oleh pondasi keimanan mereka dapat memposisikan diri secara tepat. Mereka dapat merasakan kesusahan dan kebahagiaan saudaranya. Mereka tahu betul apa yang mesti dilakukan untuk orang lain. Mereka merasa bersedih apabila tidak mampu berbuat banyak untuk orang lain.

Wallahu a’lam….
Walaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh

0 komentar:

Posting Komentar