AL-QURAN DAN NAPOLEON

Napoleon Bonaparte—seorang yang brilian dalam dunia politik—telah memikirkan tentang kaum muslimin. Dia bertanya, "Dimanakah markas kaum muslimin?" Orang-orang menjawab, "Mesir."

Dia pun bergerak menuju Mesir, disertai seorang penerjemah Arab. Sesampainya di sana, dia bersama penerjemahnya itu langsung menuju perpustakaan.
Dia berkata kepada sang penerjemah, "Bacakan salah satu buku ini untukku."
Si penerjemah mengambil salah satu di antara sederet buku yang ada di sana, ternyata yang diambilnya adalah al-Quran. Lembar pertama yang dibukanya membuatnya terpesona; dia membacakan ayat ini kepada Napoleon: Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk (kepada manusia) menuju jalan yang paling lurus.
Napoleon, keluar dari perpustakaan. Dari malam hingga   pagi, dia terus memikirkan ayat tersebut. Setelah terjaga dari tidurnya di pagi hari, untuk kedua kalinya, dia langsung ke perpustakaan. Dia meminta kepada penerjemahnya untuk membacakan buku yang kemarin dibacakan untuknya. Si penerjemah membuka al-Quran, membacakan beberapa ayat dan mengartikannya. Setelah itu, Napoleon kembali ke rumahnya. Malam harinya, dia terus tenggelam dalam pikiran tentang al-Quran itu.
Hari ketiga, dia kembali lagi ke perpustakaan. Atas permintaan Napoleon, si penerjemah pun langsung membacakan beberapa ayat dan menerjemahkannya. Mereka berdua kemudian keluar dari perpustakaan. Napoleon bertanya, "Berkaitan dengan agama manakah buku ini?" Si penerjemah menjawab, "Ini adalah kitab orang-orang Islam, dan mereka berkeyakinan bahwa al-Quran ini telah diturunkan dari langit kepada nabi besar mereka."
Napoleon lantas mengucapkan dua kalimat; yang pertama menguntungkan kaum muslimin dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar ini dan menguntungkan kaum muslimin adalah kata-katanya, "Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan." Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, "Selama al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan al-Quran."

Al-Quran selalu mengumandangkan kebebasan bagi kaum tertekan
Al-Quran membelah kepala orang zalim dengan pedangnya nan tajam
Al-Quran memancarkan cahayanya yang terang benderang
Dalam gelapnya malam-malam kerusakan, fitnah, dan kezaliman
Ia kawan bagi para pecinta di pertengahan malam
Al-Quran jiwa keberanian manusia-manusia agung
Selama kecintaan atas al-Quran terkandung dalam hati kita
Selama al-Quran menjadi sultanku, kita, dan kalian
Niscaya musuh tidak akan pernah mengalahkan kita
Karna al-Quran telah membuat fondasi bagi kemenangan
Pabila si pecinta telah bersua dengan bunga-bunga surgawi
Maka al-Quran menjadi beratus-ratus surga dan taman ridhwan
Mereka telah membina Shiddiq dengan kecintaan kepada al-Quran
Benar, al-Quran adalah hati dan jiwa kaum muslimin

(Hujjatul Islam Shiddiq Arabani)

0 komentar:

Posting Komentar